BANYUURIP, purworejo24.com – Pedagang kuliner tradisional Pasar Umpet, me-launching Pasar Setan, di lokasi Pasar Umpet, Desa Popongan, Kecamatan Banyuurip, Purworejo, Jawa Tengah.
Pasar setan itu dibuka pada Sabtu (13/11/2021) malam dengan dikemas layaknya pasar angkringan dengan menyajikan aneka menu masakan ringan dan gorengan serta minuman umum seperti kopi, teh dan lainya. Dinamakan Pasar Setan, di lokasi itu terdapat sejumlah topeng kayu dengan bentuk wajah menyerupai hantu dan aneka buto raksasa yang dipajang disetiap sudut lokasi pasar, dengan ditambahi sejumlah oncor dan bebakaran dupa menjadikan suasana pasar menjadi tampak seram.
“Pasar ini hanya diikuti beberapa pedagang saja, karena malam hari, dan pedagang lain menggelar dagangan seperti biasa di kedai Pasar Umpet pada minggu paginya. Ini baru yang pertama kali dilaksanakan dan rencana pasar setan akan kami laksanakan secara kontinu sebulan sekali di lokasi pasar umpet ini,” ungkap pengelola Pasar Umpet, Hariyono, saat ditemui di lokasi pasar, pada Minggu (14/11/2021).
Dijelaskan, pasar setan itu di-launching merupakan hasil kerjasama dengan seni kriya atau perajin kriya di Purworejo. Pasar Setan digelar dengan tujuan untuk membantu para perajin kriya di Purworejo agar bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas.
“Jadi di Purworejo ini ada perajin topeng dan kami ajak untuk kolaborasi, mungkin karena masa pandemi mereka tidak pernah mengadakan pameran atau ikut pameran, dengan kegiatan ini kita bisa ikut membantu para perajin kriya di Purworejo, hasil karya mereka kita pajang dan kita pamerkan agar bisa diketahui oleh banyak orang, oh ternyata di Purworejo ada perajin topeng yang bagus,” ujarnya.
Pasar Setan, lanjutnya, bukan saja dilaksanakan untuk memamerkan seni kriya, namun juga mengajak grup seni kuda lumping yang baru terbentuk di Desa Semawung dengan nama grup kuda lumping Gema Anom Budaya. grup kuda lumping itu tidak ditampilkan pada malam hari melainkan tampil pada siang hari untuk meramaikan suasana pasar.
“Kaitanya dengan jaran kepang atau kuda lumping, karena biasanya dalam tarian itu ada penampilan atraksi tari dengan menggunakan properti topeng, misalnya adanya Topeng Gedruk, Pentul dan lainnya. Jadi ini kita satukan hari ini menjadi konsep Pasar Setan, dari malam hari hingga siang hari, dan kemudian kenapa ada pementasan Jaran Kepang di lokasi ini,” jelasnya.
Dirinya berharap dengan konsep Pasar Setan, masyarakat menjadi tahu bahwa di Purworejo ada perajin topeng dari kayu dan juga ada grup Jaran Kepang baru. Dengan adanya pasar setan itu seni kriya di Purworejo menjadi terangkat dan bisa dikenal oleh masyarakat luas termasuk seni Jaran Kepang yang baru terbentuk dua bulan ini.
“Kegiatan ini akan kami jadikan tema khusus dengan nama Pasar Setan setiap satu bulan sekali di lokasi Pasar Smpet ini dan kami buka pada malam hari,” tegasnya.
Perajin topeng kayu asal Desa Kedung Pucang Kecamatan Bener, Basuki Raharja, mengaku bersyukur dan senang bisa diajak berkolaborasi menggelar pasar setan. Dengan Pasar Setan itu dirinya merasa sangat terbantu bahwa produk kerajinan buatannya bisa dikenal oleh masyarakat yang datang di lokasi itu.
“Selama ini dari seni ukir patung bingung bagaimama cara memromosikan apalagi di masa pandemi, kebetulan di sini diajak kolaborasi,. Harapannya ke depan produk ini bisa dikenal di masyarakat,” katanya.
Dirinya mengaku telah memproduksi topeng kayu sejak lama. Berbagai karakter buto telah dia buat menjadi topeng.
“Topeng dibuat secara custom, jadi tidak sama persis karena dibuat secara manual dan membutuhkan waktu cukup lama. Soal harga bagi yang minat bisa pesan dengan harga antara 200-600an sesuai jenis topeng dan tingkat kesulitan membuatnya,” jelasnya.
Sementara itu pembina seni Kuda Lumping Gema Anom Budaya (GAB), Maryono, bersama ketua Grup Kuda Lumping, Dwimantoro, juga mengaku senang bisa berkolaborasi di Pasar Setan. Grup Kuda Lumping itu baru dua kali tampil di tempat umum.
“Grup ini dibentuk oleh sekelompok pemuda di Desa Semawung dengan nama Gema Anom Budaya yang artinya gema anak muda untuk melestarikan budaya seni Jaran Kepang, kesenian asli Jawa Tengah,” katanya.
Dikatakan, dengan kolaborasi itu, menjadikan ajang melatih mental bagi para pemain grup Kuda Lumping itu untuk tampil di muka umum.
“Mental mereka sudah bagus, dan grup ini siap tampil jika ada yang ingin nanggap atau membutuhkan,” ujarnya.
Dirinya berharap, grup seni kuda lumping Gema Anom Budaya bisa eksis, tetep guyub rukun dan bisa menyajikan tarian dengan koreografi yang baru dan bagus, sehingga bisa diminati oleh masyarakat.
“Ciri khas kami gerakannya semangat, elestarikan budaya seni kuda lumping dengan hasil tari kreasi sendiri. Saat ini kami masih proses legalitas seni di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Purworejo, harapannya bisa ikut meramaikan seni budaya di Purworejo dan bisa tampil di tempat umum,” pungkasnya.(P24/Drt)
Eksplorasi konten lain dari Purworejo24.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.







