PURWOREJO, purworejo24.com– Kondisi keuangan di SMKN 3 Purworejo, Jawa Tengah, kini berada di ujung tanduk akibat adanya dugaan korupsi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di sekolah tersebut.
Akibatnya, berbagai kegiatan pendidikan dan operasional sekolah terancam terganggu, bahkan para guru terpaksa harus urunan atau iuran untuk menutupi kebutuhan dasar sekolah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh purworejo24.com, dugaan korupsi ini mulai terkuak sejak awal tahun 2024. Saat itu bendahara akan mengambil dana BOS untuk sekolah tersebut senilai 840 juta di Bank Jateng. Namun uang tersebut ternyata sudah diambil oleh terduga oknum ASN di lingkungan sekolah tersebut.
Sejak saat itu, keuangan sekolah kolaps hingga memaksa para guru untuk iuaran demi keberlangsungan kegiatan siswa. Hal ini diuangkap oleh salah satu guru yang sudah jengah dengan kondisi yang ada di SMKN 3 saat ini.
“Untuk mempertahankan keberlangsungan sekolah memang ada beberapa kegiatan yang membutuhkan swadaya dari guru, contoh kemarin pas agustusan uang harus iuran dari kantong masing-masing guru. Pas kegiatan PPDB juga ada beberapa guru yang mensuport makan panitia,” kata salah seorang guru yang enggan disebutkan namanya pada Selasa (10/9/2024)
Sumber yang tidak ingin disebutkan namanya itu mengungkapkan bahwa jumlah uang yang diduga dikorupsi itu mencapai ratusan juta rupiah, yang seharusnya digunakan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan sarana prasarana di sekolah.
“Dana yang seharusnya digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah, alat peraga, serta untuk kegiatan ekstrakurikuler, hilang entah ke mana. Kami para guru terpaksa untuk patungan guna mendukung kegiatan belajar mengajar,” ujarnya.
Akibat dari dugaan korupsi tersebut, SMKN 3 Purworejo kini menghadapi krisis keuangan yang parah. Beberapa kegiatan sekolah yang sudah terjadwal terpaksa ditunda atau bahkan dibatalkan karena tidak ada dana.
“Biasanya karnaval Purworejo kita selalu ikut, lomba kompetensi siswa (LKS) Jawa Tengah juga ikut, tapi sekarang tidak ada dana, kita tidak bisa berpartisipasi,” kata Dia.
Dugaan korupsi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ratusan juta yang diduga melibatkan salah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di sekolah tersebut juga berdampak langsung pada kegiatan operasional dan kenyamanan para siswa. Dugaan korupsi ini telah menyebabkan sejumlah fasilitas disekolah tidak berfungsi.
“Wifi sudah mati dari pertengahan Agustus, dampaknya siswa tidak mendapatkan pembelajaran berbasis internet. Dari sisi guru kalau absen kan harus pakai GPS lha ini pakai kouta sendiri,” katanya.
Tak berhenti di situ, dampak tidak adanya anggaran, AC di sekolah tersebut mati. Bahkan alat peraga untuk siswa juga sudah banyak yang rusak.
“Ac mati, alat-alat olahraga tidak berfungsi dengan baik, bola sudah tidak bisa digunakan, banyak yang bocor, ya kasian sebenarnya melihat anak-anak seperti ini,” katanya.
Dugaan korupsi ini mencuat pada awal tahun 2024 lalu setelah adanya audit internal yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara laporan penggunaan dana BOS dengan realisasi di lapangan.
“Seharusnya dana BOS itu diambil sesuai kebutuhan, tapi pas awal bulan Maret itu sudah tidak ada di bank,” katanya
Sementara itu, Kasi SMK Cabdin Pendidikan Wilayah VIII Jateng, Titik Nur’aini saat dikonfirmasi terkait hal ini hanya menjawab secara singkat.
“Waalaikum.salam.wr wb kami dari Cabdin sudah melakukan BAP,” kata Titik Nur’aini saat dikonfirmasi melalui pesan singkat.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMKN 3 Purworejo saat dihubungi belum memberikan pernyataan resmi terkait kasus ini. (P24/tim)
*catatan redaksi: naskah berita ini telah mengalami penyuntingan dengan tidak mengurangi esensi berita.
Eksplorasi konten lain dari Purworejo24.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.