179 Hektare Sawah di Purworejo Terancam Gagal Panen Akibat Kekeringan

oleh -
oleh
Ratusan hektare sawah di Purworejo alami kesulitan air.
Ratusan hektare sawah di Purworejo alami kesulitan air.
Selamat Idul Fitri

PURWOREJO, purworejo24.com – Kemarau panjang menyebabkan pasokan air untuk lahan pertanian di sejumlah wilayah Purworejo semakin terbatas. Ratusan hektare sawah mengalami kekringan dan lebih dari seratus hektar diantaranya terancam gagal panen atau puso.

Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Kabupaten Purworejo, Eko Anang kepada purworejo24.com menerangkan, jumlah sawah yang terdampak kekeringan berpotensi bertambah seiring masih panjangnya musim kemarau.

“Saat ini ada 913 hektare lahan yang mengalami kekeringan hektare dan kemungkinan masih akan bertambah dikarenakan menurut BMKG musim kemarau sampai pada Bulan Desember”, katanya.

Ratusan hektare sawah di Purworejo alami kesulitan air.
Ratusan hektare sawah di Purworejo alami kesulitan air.

Dari 913 hektare lahan yang mengalami kekeringan, seluas 420 hektare lahan berkategori kekeringan ringan, 150 hektare kekeringan sedang, 143 hektare kekeringan berat dan gagal panen 179 hektare yang tersebar di Kecamatan Purworejo 19 hektare, Kecamatan Loano 3 hektare, Kecamatan Gebang 1 hektare, Kecamatan Bener 44 hektare, Kecamatan Bagelen 2 hektare, Kecamatan Purwodadi 46 hektare dan yang terparah yaitu Kecamatan Ngombol dengan 64 hektare.

“Sedikitnya ada 7 kecamatan yang terdampak Puso dengan Luas yang bervariatif,” ucapnya kepada purworejo24.com.

Jika kekeringan terus terjadi, maka tingkatan kerusakan akan meningkat dari ringan ke sedang dan sedang ke berat. Lahan terdampak kekeringan tersebut tersebar di berbagai wilayah di Purworejo yang rata-rata sawahnya tadah hujan. Pemerintah terkait sudah memberikan bantuan berupa pompanisasi untuk daerah yang masih terdapat sumber air.

Lebih lanjut ia mengungkapkan pihaknya sudah mengupayakan beberapa hal untuk mengatasi kekeringan dan mengurangi resiko gagal panen karena kekeringan yang terjadi di sejumlah wilayah dalam bentuk pompanisasi maupun sosialisasi kepada kelompok tani.

“Yang sudah kami lakukan untuk atasi antara lain dengan pompanisasi, irigasi bergiliran untuk hal ini (irigasi bergilir) kami selalu koordinasi dengan Dinas PUPR yang membidangi pengairan, pompa air berasal dari bantuan pemerintah dan swadaya” ucapnya.

Eko Anang menerangkan ada beberapa alternatif yag bisa dilakukan petani dalam menghadapi masalah kekeringan ini. Beberapa alternatif tersebut sudah disosialisasikan ke kelompok tani yang terdampak.

“Kami sudah sosialisasikan kepada kelompok tani supaya tanam methuk, tanam varietas padi umur pendek, kalau air tidak cukup supaya menanam palawija, lahan yang kekeringan cukup banyak karena musim kemarau maju, mulai bulan April sudah tidak hujan, kalau kondisi normal bulan juni pun masih ada hujan,” terangnya (P24-Byu)