PURWODADI, purworejo24.com – Berkolaborasi bersama Komunitas Komangjo dan Mapala Sulfur Universitas Tidar Magelang, Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) menggelar penanaman pohon mangrove di Taman Edukasi Mangrove Demang Gedi yang berada di Desa Gedangan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pada Minggu (1/9/2024).
Kegiatan penanaman bertajuk Bach 1 Merdeka Menanam itu dilaksanakan dengan tujuan untuk mengedukasi kepada masyarakat untuk melakukan antisipasi terhadap isu yang ramai saat ini, yaitu ancaman megathrust di pesisir selatan Jawa, dengan melakukan sesuai apa yang bisa dilakukan.
Kegiatan FK3I Jawa Tengah itu dilaksanakan di Kabupaten Purworejo selama dua hari, yaitu pada Sabtu (31/8/2024) dan Minggu (1/9/2024).
“FK3I adalah Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia dan itu koordinator Jawa Tengah dibawah pembinaan Balai Konservasi Alam Daerah atau KSDA Jateng,” kata Koordinator Daerah FK3I Jateng, Muhammad Chafid, saat ditemui disela penanaman pohon mangrove di Desa Gedangan, pada Minggu (1/8/2024).
Dijelaskan, terkait dengan kegiatan di Kabupaten Purworejo, FK3I didirikan bertujuan untuk mewadahi para kader- kader konservasi yang ada diwilayah Jawa Tengah, namun dalam kegiatanya FK3I boleh bekerjasama dengan pihak lain yang bukan merupakan kader konservasi tapi mempunyai konservasi yang sama atau semangat yang sama untuk konservasi.
“Makanya kegiatan dihari ini kita kolaborasi, ada yang dari Ikatan Alumni Mapala Sulfur, ada dari Mapala Sulfur sendiri, dan Komangjo di Purworejo, dan alhamdulillah pada hari ini kegiatan ini bisa terlaksana dengan baik, tidak ada halangan suatu apapun, dan banyak temen- temen yang dari berbagai daerah, seperti dari Semarang, lalu ada yang dari Poltekes Surakarta, ada lagi yang dari UNS Solo, juga ada yang dari Temanggung dan ada juga lagi yang dari kader konservasi sendiri. Jumlah total yang hadir ada sekitar 25 oang, yang terdiri dari temen- temen komunitas, termasuk juga para alumni Mapala Sulfur, yang mereka masih punya kepedulian terhadap konservasi, mereka ikut kesini dengan mengajak keluarga sambil mengedukasi adik- adiknya atak anak- anaknya,” jelasnya.
Sejumlah rangkaian kegiatan telah dilaksanakan selama dua hari di Purworejo, dengan tujuan untuk membangun jaringan, supaya menjadi lebih terkoneksi satu sama lain antar komunitas yang ada di Kedu pada khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya.
“Maka kegiatan ini kita isi dengan sering materi yang diberikan oleh Komangjo Fondation kepada kami untuk membuka wawasan kami lebih dalam tentang mangrove, pada malam harinya kita melakukan diskusi rencana tindak lanjut. Dari tindak lanjut itu memang kita mempunyai inisiatif setelah kegiatan ini kami ingin ngobrol lebih jauh tentang sekolah konservasi yang rencananya insyaallah nanti kita akan ngobrol lebih dalem, yang nanti kita harapkan bisa salah satunya disini,” sebutnya.
Untuk dihari kedua, pada Minggu pagi mereka melakukan kegiatan pelepasan tukik atau penyu dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih raksasa, berukuran 12 meter x 7 meter di pantai Desa Jatikontal.
“Dan disesi terakhir ini kami melakukan penanaman mangrove bersama- sama,” lanjutnya.
Kegiatan itu dilaksanakan di Kabupaten Purworejilo karena adanya isu mangrove atau isu yang beredar saat ini terhadap perubahan iklim yaitu salah satunya adalah isu megathrust. Dan megateush ini memang menjadi isu yang lagi sensitif pada saat ini.
“Sedangkan kami dari komunitas pencinta alam ini memang mencoba melakukan sebuah tindakan yang memang mampu kami lakukan, salah satunya dengan melakukan pencegahan terhadap isu tersebut atau megatrush tersebut. Nah kebetulan dari BMKG itu megatrush diprediksi terjadi di pantai selatan, dan ini menjadi salah satu konsentrasi kami, salah satu gerakan kami supaya apa yang bisa kita lakukan hari ini bisa mengedukasi kepada masyarakat, dan kita melakukan antisipasi sesuai dengan apa yang kita bisa,” terangnya.

FK3I, tambahnya, sudah berdiri sejak tahun 1990 lalu, yaitu melalui Kementrian Lingkungan Hidup, melalui undang – undang no 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem.
“Nah dari undang- undang tersebut, memang ada tupoksi pembentukan forum yang banyak melibatkan komunitas lingkungan. Jadi harapan kami kedepan dari forum ini kami tidak hanya bisa kerjasama antar kader saja, tapi kami pingin ada kerjasama yang lebih luas, dengan temen- temen yang mereka punya konsentrasi yang sama terhadap lingkungan, entah itu dari swasta, entah itu dari komunitas yang mereka belum tergabung kepada kader, supaya kita bisa melakukan langkah- langkah konservasi atau langkah pencegahan isu lingkungan secara ber kelanjutan,” tandasnya. (P24/wid)
Eksplorasi konten lain dari Purworejo24.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.