BENER, purworejo24.com – Ratusan warga dari lima desa di Kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah, turun jalan guna menyengkuyung dan mengikuti parade seni dan budaya dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke 78 Republik Indonesia yang diselenggarakan oleh warga Desa Legetan, Kecamatan Bener, pada Minggu (10/9/2023).
Lima desa yang ikut menyengkuyung kegiatan itu diantaranya Desa Guntur, Desa Nglaris, Desa Limbangan, Desa Karangsari dan Desa Legetan yang menjadi penyelenggara.
Uniknya warga dari lima desa yang ikut pawai itu mayoritas merupakan anggota Masterbend atau masyarakat terdampak proyek strategis nasional pembangunan Bendung Bener yang dilaksanakan di Desa Guntur.
Berbagai kreatifitas seni dan budaya ditampilkan dalam kegiatan itu, juga sejumlah ogoh- ogoh dan replika hewan, dan sejumlah group kesenian serta group drumb band dari sekolah yang ada di Kecamatan Bener. Mereka melakukan pawai dengan start dan finish dilokasi dekat kantor Desa Legetan dengan menyusuri jalan utama di desa itu dengan menempuh jarak kurang lebih 6 KM.
Tampak ribuan warga dari berbagai daerah turut memadati tepian jalan yang dilalui guna melihat secara langsung kemeriahan pawai parade seni dan budaya itu.
Tak hanya pawai, ada sedikitnya 9 jenis kesenian yang dipentaskan dan dipertontonkan sebagai hiburan untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan RI di Desa Legetan.
“Hari ini Desa Legetan melaksanakan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 78, dengan kirab bidaya. Dimana kegiatan ini juga disokong oleh desa- desa sekitar, mereka ikut nyengkuyung sehingga bisa disaksikan kegiatanya begitu meriah dan menyenangkan,” kata pembina Materbend yang juga sebagai wakil ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Purworejo, R Muhammad Abdullah, saat ditemui usai mengikuti kegiatan.
Disampaikan, tema yang diusung dalam kegiatan itu masih dengan tema berskala nasional yaitu terus melaju Indonesia maju, namun demikian juga ada tema lokal yang diusung yaitu pelestarian budaya budaya asli daerah.
“Yang menarik adalah antusiasme warga yang luar biasa, semua serba mandiri, mereka biaya sendiri, apa- apa serba sendiri, ini membuktikan bahwa masyarakat masih mencintai negeri ini dan ini mestinya menjadi momentum bagi para pejabat, untuk dapat memikirkan rakyat dengan baik, jangan kemudian berlaku korup, sekaligus juga warning bagi aparat untuk melaksanakan tugas sebaik baiknya sehingga hukum dapat berkeadilan baik keatas maupun kebawah,” ujarnya.
Dijelaskan, lima desa yang terlibat pawai itu sebagian besar merupakan warga yang terdampak proyek strategis nasional bendungan Bener. Yakni lahan- lahan di lima desa terkena dampak, atau warga yang nemiliki lahan yang terdampak bendung Bener, sehingga Masterbend ikut pawai karena anggotanya dari berbagai desa yang ikut dalam karnaval itu.
“Maka hari ini kita ikut memeriahkan sekaligus menunjukkan bahwa Masterbend masih selalu ada dan eksis sepanjang masa,” ucapnya.
Pesan yang diusung oleh Masterbend dalam kirab seni dan budaya itu adalah berharap masyarakat di seputaran bendung Bener tetap mendapatkan perhatian dari pemerintah, dimana masyarakat disekitar bendungan itu masih perlu diberdayakan, salah satunya dengan cara dimana rakyat diberi kesempatan untuk mengelola green land atau lahan hijau yang ada diseputar tapak bendung, sehingga nanti meskipun mereka lahan-lahan mereka telah habis tergerus untuk bendungan Bener, mereka masih dapat beraktifitas untuk memenuhi kebutuhan keseharian mereka.
“Secara langsung tidak terlibat projeck tapi bahwa ada sebagian warga yang di dump truk, kemudian ada yang berprofesi sebagai penyedia material dan lain lain, sebagian mereka dilibatkan, berperan dalam pembangunan fisik bendung bener.
Dan kita berharap bendung Bener nantinya ketika selesai mampu menjawab tentang kesulitan air disekitar warga sini, kita mengetahui di beberapa tempat kesulitan air, kemudian wisatanya dapat dikembangkan sedemikian rupa, ada efek ekonomi yang baik bagi masyarakat sekitar yang nantinya mampu mensejahterakan masyarakat dengan hadirnya bendung Bener,” harapnya.
Diterangkan, bahwa seni dan budaya yang ditampilkan dalam kirab seni dan budaya itu masih mayoritas adalah seni budaya atau tradisi- tradisi lokal yang dimiliki, sehingga antuasiasme warga, sehingga masyarakat yang menyaksikan budaya- budaya tersebut, ini menjadi parameter, indikator bahwa masyarakat masih sangat menyukai dengan budaya- budaya yang ada sehingga perlu dilestarikan dengan baik.
“Dan yang membuat kita senang adalah tadi pelaku budaya lokal ini rata- rata adalah anak- anak milenial, anak- anak muda sehingga ini perlambang positif, bahwa generasi muda kita masih mempertahankan tradisi- tradisi budaya yang kita miliki. Dan sudah menjadi kewajiban kita bersama, pemerintah dan masyarakat melestarikan budaya budaya tradisi yang ada,” terangnya.
Abdullah berharap kedepan seni dan budaya bisa semakin berkembang, semakin lestari, apalagi pemerintah sudah cukup memberikan perhatian yang besar kepada mereka, salah satu buktinya yakni bahwa banyak kelompok- kelompok seni yang mendapatkan bantuan dari pemerintah, dengan harapanya untuk bisa mensuport, membangkitkan semangat masyarakat untuk tetap menekuni seni seni budaya mereka.
“Sehingga kedepan ini tidak akan punah, mampu nantinya tradisi- tradisi yang dipertahankan ini untuk menyambut bendung Bener, ini akan mempunyai daya tarik tersendiri, sehingga orang menyaksikan bendung Bener, nantinya tidak hanya melihat fisik bendungan, tapi juga bisa menyaksikan, bisa melihat tradisi- tradisi budaya budaya yang ada diseputaran tapak bendung Bener ini,” harapnya.
Menurutnya, diantara lima desa itu, kondisi psikologis antar masyarakatnya seperti sudah ada cemistri, sehingga ketika salah satu desa melaksanakan kegiatan, salah satu desa punya hajat, maka desa sekitar ikut melibatkan diri atau gotong royong, atau menyengkuyung, dan itu merupakan bukti kerukunan masyarakat di seputar desa ini.
“Partisipasi dan kebersamaan seperti ini patut dicontoh oleh beberapa masyarakat ditempat lain, jadi kita merasakan ketika kebersamaan terbangun tidak ada yang berat, semuanya menjadi ringan, kemeriahan yang kita saksikan hari ini adalah bentuk dari atau wujud dari sebuah kebersamaan yang terbangun di seputaran desa ini,” tambahnya.
Sementara itu, salah satu peserta parade seni dan budaya asal Desa Nglaris, Hani, mengaku senang bisa ikut kegiatan itu. Mereka bersama teman-temanya ikut sebagai group tebe-tebe dalam pawai itu.
“Jauh sekali, capek tapi seneng, rame sekali, orang-orang pada semangat, semoga tahun depan ada lagi, tentunya semangat terus, buat membangun desa, dan mungkin bisa ditingkatkan lagi kreatifitasnya,” katanya.(P24/Wid)
Eksplorasi konten lain dari Purworejo24.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.