Beksan Kidung Cakra dan Beksan Cakra Tunggal, 2 Tarian Melambangkan Keagungan Tjokronegoro 1

oleh -
oleh
Beksan Kidung Cakra yang ditampilkan oleh beberapa penari wanita
Beksan Kidung Cakra yang ditampilkan oleh beberapa penari wanita

PURWOREJO, purworejo24.com – Setelah menggelar pentas Karawitan seharian penuh dari pagi hingga sore hari, Pemerintah Kabupaten Purworejo melanjutkan rangkaian acara Hari Jadi yang ke 189 dengan Pengetan Jemenengan dan Sendratari pada malam harinya. Pada acara yang digelar di pendopo Kabupaten tersebut juga disuguhkan 2 tarian khas yang hanya ditampilkan pada Hari Jadi Kabupaten Purworejo.

Acara yang digelar tersebut dihadiri oleh Forkopimda dan tamu undangan yang semuanya memakai pakaian khas Jawa. Acara pada Kamis (27/02/2020) malam juga dihadiri oleh beberapa trah atau keluarga dari Tjokronegoro.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Agung Wibowo menjelaskan nama tarian tersebut adalah Beksan Kidung Cakra yang merupakan sebuah tarian yang ditampilkan khusus pada Pengetan Jumenengan bupati pertama Purworejo, R.A.A Tjokronegoro I karya seniman tari asal Purworejo, Melania Sinaring Putri.

“Tarian ini mengisahkan tentang tembang kehidupan manusia. Lingkaran kehidupan yang terus berputar, kadang berada di bawah, kadang berada di atas, sekaligus kadang berada pada kedua-duanya dalam waktu yang sama,” katanya kepada purworejo24.com.

Pementasan tarian Beksan Cakra Tunggal

Agung mengatakan melalui beksan ini kita akan diajak ke dalam ruang kesadaran manusia paling hakiki yakni tentang ketulusan, daya juang (disimbolkan dalam gerakan-gerakan), kebeningan hati, dan ketenangan, serta keyakinan sekaligus kepasrahan pada Tuhan yang Maha Kuasa, dalam beksan ini disimbolkan melalui selendang putih yang menjulang.

Tidak hanya Beksan Kidung Cakra, malam pengetan juga menampilkan Beksan Cakra Tunggal karya Wibi Supri Andoko yang menceritakan tentang semangat keprajuritan yang selalu siap sedia dalam keadaan apapun untuk menjalankan tugas dan amanah yang telah diterimanya. Beksan ini juga menggambarkan tentang karya agung dan monumental yang telah diprakarsai oleh R.A.A Tjokronegoro I.

“1. Adeging pendopo kabupaten yang diwakili dengan visualisasi tarian yang kokoh dan kuat sebagai pengejawantahan sifat-sifat 4 soko guru sebagai penopang utama bangunan pendopo.

2. Gumelaring alun-alun Purworejo yang disimbolkan melalui pola lantai melingkar dan lebar,

3. Beduk Purworejo (Kyai Bagelen) yang terbuat dari kayu jati bercabang lima ( Jati Pandawa) sebagai penanda waktu shalat/ sembahyang,

4. Dan saluran irigasi Kedung Putri yang memanfaatkan sungai Bogowonto untuk mengairi sawah di sebagian wilayah Purworejo,” katanya.

Para tamu undangan memakai pakaian adat jawa

Ia menambahkan Beksan Kidung Cakra dan Beksan Cakra Tunggal bagaikan dua sisi mata uang yang satu sama lain saling melengkapi dan menguatkan. Beksan Kidung Cakra mewakili kepribadian leluhur dan jati diri masyarakat Purworejo yang memiliki sifat lemah lembut sekaligus tegas, tulus, tenang dan berdaya juang. Sedangkan Beksan Cakra Tunggal merupakan manifestasi dari upaya-upaya tersebut sehingga menghasilkan karya yang agung dan monumental.

“Kedua beksan ini memberi pesan kuat pada kita untuk kembali pada kesejatian diri masyarakat Purworejo sekaligus meneladani karakter baik leluhur sehingga mampu menghasilkan karya-karya yang bernilai dan memiliki “ruh” amalan serta dapat dinikmati oleh generasi-generasi yang akan datang,” tandasnya. (P24-Bayu)