LOANO, purworejo24.com – Dengan kemauan kuat, dan kejelian melihat peluang, seorang alumni santri pondok pesantren di Purworejo Jawa Tengah berhasil mendirikan usaha fashion muslim bernilai milyaran rupiah. Tak hanya dipasarkan di dalam negeri, barang-barang produksi Desa Maron Kecamatan Loano ini juga merambah ke berbagai negara seperti Australia, Amerika, Jepang, Hongkong hingga Taiwan.
Sepintas, orang tidak akan menyangka dari rumah dua lantai bercat putih di Gang Pecitran Desa Maron Kecamatan Loano ini lahir produk-produk fashion muslim yang mendunia. Lokasinya relatif terpencil, sekitar 300 meter dari Jalan Magelang-Purworejo kilometer 7 dan berada di tengah perkampungan tidak menunjukkan adanya sebuah industri yang terkenal di dunia maya.
Adalah Kurnia Nur Arifah (29) atau sering dipanggil Nea, lulusan Pondok Pesantren An-Nur Maron Purworejo yang sejak tahun 2009 merintis usaha di bidang busana dan aksesoris bersama suaminya, Muhammad Adi Nugroho.Berkat kejeliannya menangkap peluang, wanita yang akrab disapa Nea ini mampu memotori bisnis meski bertahan di desanya. Produk fashion berlabel Neana miliknya kini kencang menjelajahi belahan dunia.
Nea memang memfungsikan rumah pribadinya yang berlantai dua dalam berwirausaha. Sebagian rumah bagian bawah yang ditempati bersama suami dan anak-anaknya dijadikan ruang produksi, mulai dari proses desain, menjahit, hingga finishing. Sementara lantai atas menjadi gerai sekaligus tempat pengepakan produk siap kirim serta kantor pemasaran digital.
“Online tidak terbatas tempat dan tidak terbatas jangkau. Karena hidup di desa jangkauan lebih luas dan meminimalkan biaya operasional. Dan juga bebas waktunya juga. Bagi karyawan juga lebih santai karena tidak ketemu dengan pelanggan langsung,” ujar Nea.
Ada belasan karyawan perempuan di sana. Masing-masing memiliki tugas berbeda, antara lain tim produksi, desainer, admin pemasaran, customer servis, dan pengepak.
Dari rumah itulah, produk-produk eksklusif Nea tercipta. Ada berbagai mode busana gamis, hijab, aksesori, dan sepatu. Hampir setiap harinya, puluhan hingga seratusan item produk itu dikirim untuk memenuhi pesanan konsumen atau pelanggan.
Mayoritas produk dikirim ke berbagai wilayah di Indonesia. Namun, tidak sedikit produk yang dikirim luar negeri, seperti Amerika, Jepang, Hongkong, Qatar, Canada, Taiwan, Singapore, dan Malaysia.

Dengan produk berkualitas dan pilihan mode yang bervariatif, Neana tetap menawarkan harga yang terjangkau semua kalangan. Mulai dari Rp30 ribuan hingga Rp500 ribuan. Wajar saja jika fashion bikinan tangan anak-anak desa itu laris di pasaran.
“Pemasarannya melalui online, pesanan kita sampaikan melalui jasa pengiriman logistik. Fashion kita lebih ke segmen dewasa, tapi sering juga melayani pesanan untuk anak, misalnya saat lebaran,” sebutnya.
Tumbuh dan berkembangnya Neana tidaklah instan. Butuh kerja keras, keyakinan, kesabaran, serta doa.
“Awalnya tanpa modal. Cuma HP sama kuota. Dulu awalnya hanya menjual produk milik orang lain. Setelah tahun 2012 mulai membuat merk sendiiri dan alhamdulillah laris,” ujar Nea.
Hasil tak mengkhianati usaha. Produk-produk mereka laku dan kian laris di pasaran. Berawal dari itulah, Nea terus memacu usahanya. Sejumlah karyawan direkrut, jangkauan pemasaran diperluas. Kini alumni santri pondok pesantren ini mempunyai belasan karyawan
“Selain latar belakang pondok, dipondok juga sudah terbiasa bermasyarakat. Kebetulan juga pernah di koperasi pondok jadi terlatih berbisnis. Belajar otodidak terus lebih diasah mengikuti kursus, pelatihan-pelatihan,” jelasnya.
Nea mengaku bangga dengan produk-produk yang dihasilkan sendiri melalui karyawan yang semua berasal dari Purworejo. Kebanggan itulah yang membuat kepercayaan dirinya menguat. Produk-produk Neana tak hanya laris di pasaran dan dilirik artis papan atas, melainkan juga mendapat pengakuan dalam berbagai kesempatan.
Salah satunya, beberapa bulan lalu Nea diundang untuk menampilkan karyanya dalam ajang bergengsi Fashion Show Hijab di Australia.

Kisah dagang Nea memang telah menemui titik suksesnya saat ini. Namun, hal itu tidak membuat Nea lupa terhadap misi awalnya untuk berdakwah dan menjadi manusia bermanfaat. Di sela-sela kesibukannya, Nea kerap menyempatkan diri untuk memberikan pelatihan kepada generasi muda.
“Target atau capaian ke depan saya bisa menghaji atau umrohkan setiap karyawan, saudara-saudara dan mengajak mereka untuk sukses bersama,” bebernya.
Untuk mewujudkan itu, Nea terus memotivasi karyawannya rajin ibadah. Sebelum mulai bekerja, semua karyawan diwajibkan mengaji terlebih dahulu.
“Meski waktunya memang terhitung berkurang dalam bekerja, tapi saya tak mempermasalahkan karena justru itu adalah penguat dalam menjalan usaha. Allah dulu yang diutamakan,” pungkasnya. (P24-Nuh)
Eksplorasi konten lain dari Purworejo24.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.